Rabu, 07 Januari 2009

Penyakit Anak di Era Globalisasi, Anak-anak Bergizi Buruk dari Keluarga Kaya

PENUHI KEBUTUHAN GIZI DAN CEGAH SERTA OBATI SEMUA JENIS KELUHAN DAN PENYAKIT ANAK-ANAK ANDA HANYA DENGAN RAMUAN ALAMI, ISLAMI, HERBAL ERBAIK HABBAT`S KID HONEY : Madu sehat pengganti multivitamin. Selain rasanya yang enak disukai anak-anak juga mengandung Omega3,6 dan 9 sangat baik untuk pertumbuhan otak,menurunkan panas badan (demam), membantu memelihara kesehatan,meningkatkan stamina anak serta menambah nafsu makan dan Insya Allah membantu menyembuhkan segala macam penyakit. Amin.
Habbatussauda obat segala macampenyakit kecuali kematian (HR. Bukhari - Muslim) Madu obat yang menyembuhkan bagi manusia (QS: An-Nahl: 69) Untuk Konsultasi dan pemesanan Hubungi Bin Muhsin di 085227044550 / 021-91913103 email: binmushin_group@yahoo.co.id
SURABAYA -Gizi buruk bukan monopoli balita dari keluarga miskin. Banyak juga bayi yang lahir dari kalangan the have yang kurus kering lantaran tidak terawat dengan baik. Ini karena orangtua supersibuk dengan pekerjaan.
  Seperti dialami Deva Setiawan, bayi berumur 9 bulan, putra pasutri Ny Nina Aryati, 33, dan Arif Ramdhani, 35. Bayi yang tergolek lemah di RS Internasional Nginden Intan Surabaya ini kurus kering.

Dokter mendiagnosa Deva menderita radang paru-paru dan gizi buruk. “Padahal, susu dan makanan yang kami berikan mahal dan bermerek,” ujar Ny Nina yang ditemui saat menunggui anaknya di RS.

Ny Nina bekerja di bank dengan posisi penting. Sedangkan Arif pegawai kantor pajak. Selama ini, keluarga ini mempercayakan pengasuhan putranya di tangan pembantu rumah tangga.
Selain Deva, yang juga diasuh pembantu adalah anak pertama dan kedua, Fitria, 7, dan Rafli, 5. Dua anak ini sakit-sakitan dan susah bergaul di sekolah. Tak hanya itu, mereka juga suka menangis dan sulit makan.

Ny Nina mengaku kurang telaten merawat anak karena terbatasnya waktu di rumah. Sedangkan si pembantu memberikan makanan kepada anak-anak apa adanya. Itu sebabnya tiga anak mengalami gizi buruk.

“Saya berikan uang belanja cukup kepada pembantu. Tapi, anak saya sukanya jajan dan pembantu tidak berani menolak. Dia selalu memberikan makanan yang tidak sehat itu,” lanjut warga Perumahan Sekardangan, Sidoarjo, itu.

Ny Nina menyesali diri. Awalnya, perempuan ini menolak pernyataan dokter bahwa anak-anaknya mengalami gizi buruk. Tapi, setelah dokter membeberkan fakta, ia baru sadar bahwa selama ini anak-anaknya salah asuh. Apalagi, setiap tahun selalu ganti pembantu.

“Setelah Deva pulang dari RS, saya berencana berhenti bekerja dan akan penuh mengasuh anak saya. Saya malu, masak orangtuanya pintar, anak-anaknya kurang gizi dan dua anak saya yang sudah sekolah, saya akui tidak sepintar dan secerdas ayah-ibunya,” cerita Nina.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya dr Esty Martiana Rachmie mengatakan tuntutan kerja membuat banyak orangtua menyerahkan pengasuhan anak kepada pembantu. Apa yang dialami anak-anak keluarga Arif merupakan satu dari sekian kasus.

“Coba silakan dicek lagi di RS swasta dan besar lainnya. Banyak balita gizi buruk dari keluarga dokter, pengusaha, dan orang-orang berkarir cemerlang,” ungkap dr Esty.
Jumlah balita gizi buruk dari keluarga kaya saat ini meningkat. Perbandingannya bisa mencapai sekitar 40 persen banding 60 persen.

Di RSU Dr Soewandhie, pada Maret 2008, ada 27 balita gizi buruk yang dirawat di RS karena penyakit penyertanya kambuh. Penyakit penyerta ini meliputi diare, demam berdarah, radang paru-paru, dan tidak adanya kemampuan usus menyerap nutrisi.

Banyak penderita gizi buruk dari keluarga berada ini yang tidak terpantau Dinkes. “Mereka yang berasal dari kalangan keluarga miskin, biasanya bisa terdeteksi. Karena mereka terpantau oleh kader-kader posyandu maupun puskesmas setempat,” ujarnya. /SRI HANDI LESTARI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN PAKET C, IJAZAH SMA, KEJAR PAKET C, HUBUNGI 085227044550

HABBATUSSAUDA EXTRAFIT 369

Arsip Blog